Waktu itu saya berjalan-jalan ke TMII dan datang ke salah satu prototype rumah adat yaitu Rumah Limas serta mewawancarai guide disana untuk mengerjakan tugas Antropologi tentang budaya. Budaya yang akan saya teliti kali ini adalah budaya Palembang dan akan saya jabarkan pada blog saya ini.
Palembang adalah kota yang terletak di pulau Sumatra,tepatnya Sumatra Selatan. Terdapat Sungai Musi yang dilintasi Jembatan Ampera dan berfungsi sebagai sarana transportasi di Palembang. Kebanyakan penduduk Palembang merupakan etnis melayu dan menggunakan bahasa melayu yang telah disesuaikan dengan dialek setempat yang kini dikenal sebagai bahasa Palembang. Mayoritas masyarakat Palembang adalah orang Islam.
Rumah Limas
Selanjutnya,salah satu rumah adat Palembang yaitu adalah Rumah Limas. Rumah Limas yang ada di TMII merupakan prototipe rumah tradisional Palembang. Rumah Limas terbuat dari kayu Unglen dan Merbau. Ciri yang menonjol dari rumah ini yaitu atapnya berbentuk limas,rumah adat ini mempunyai tingkatan-tingkatan yang disertai dengan ruangannya disebut sebagai kekijing. Ini menandakan lima jenjang kehidupan yaitu usia,jenis,bakat,pangkat serta martabat. Tiap tingkatan itu mempunyai detail yang berbeda.
Biasanya pemilik rumah yang masih menggunakan kasta akan membuat lantai bertingkat untuk menyesuaikan kasta tersebut. Tingkatan itu adalah Raden,Masagus,dan Kiagus. Pada tingkat pertama disebut sebagai pagar tenggalung, ruangannya tidak memiliki dinding pembatas. Suasana di tingkat pertama lebih santai dan biasa berfungsi sebagai tempat menerima tamu. Kemudian ruang kedua disebut sebagi Jogan, fungsinya sebagai tempat berkumpul khusus untuk pria. Ruang ketiga yang diberi nama kekijing ketiga. Posisi lantai tentunya lebih tinggi dan diberi batas dengan menggunakan penyekat. Ruangan ini biasanya untuk tempat menerima para undangan acara atau hajatan. Beranjak ke kekijing keempat, sebutan untuk ruang keempat, yang memiliki posisi lebih tinggi lagi. Orang-orang yang dipersilakan untuk mengisi ruangan ini memiliki hubungan kekerabatan lebih dekat dan dihormati, seperti tamu undangan yang lebih tua. Ruang kelima disebut gegajah. Didalamnya terdapat ruang pangkeng, amben tetuo, dan danamben keluarga. Amben adalah balai musyawarah. Amben tetuo sendiri digunakan sebagai tempat tuan rumah menerima tamu kehormatan serta juga menjadi tempat pelaminan pengantin dalam acara perkawinan. Dibandingkan dengan ruang lainnya, gegajah adalah yang paling istimewa sebab memiliki kedudukan privasi yang sangat tinggi.
Selanjutnya,terdapat kain khas Palembang yang popular disebut sebagai kain Songket. Kain songket merupakan sejenis kain tenun tradisional yang dibuat / ditenun dengan menggunakan tangan . Kain songket Palembang ini biasa digunakan di acara - acara resmi seperti acara pernikahan. Bahan utama dari pembuatan kain songket Palembang ini berupa benang emas dan benang perak sehingga kain songket Palembang ini memang harganya mahal dan terlihat mewah. Kain songket bisa juga dijadikan pajangan seperti di prototype Rumah Limas ini.
Kesenian di Palembang
Selain itu di Palembang juga terdapat berbagai macam kesenian. Misalnya saja kesenian Dul Muluk yaitu pentas drama tradisional Palembang. Lalu terdapat tari-tarian seperti Gending Sriwijaya yang diadakan sebagai penyambutan tamu dan tari Tanggai. Palembang juga memiliki lagu daerah seperti Melati Karangan, Dek Sangke, Cuk Mak Ilang, Dirut dan Ribang Kemambang.
Makanan Khas Palembang
Pempek
Lalu yang terakhir,terdapat makanan-makanan khas Palembang yang sangat popular di berbagai daerah dan menggugah selera contohnya saja pempek,tekwan,dan pindang tulang.
Pempek terbuat dari tepung yang dicampu dengan daging ikan tenggiri yang kemudian direbus dan digoreng. Makanan ini cuka disajikan dengan kuah yang terbuat dari cuka,gula merah dan cabai. Terkadang kuah pempek tersebut akan ditambah cacahan mentimun atau mie putih. Pempek sering ditemukan dipinggir jalan di seluruh kota jadi mudah untuk membelinya.
Tekwan
Selanjutnya ada tekwan. Tekwan juga terbuat dari olahan ikan dan tepung juga. Tekwan disajikan dengan kuah dengan kaldu. Biasanya tekwan juga ditambahkan dengan bahan pelengkap seperti bihun,jamur kuping, serta bengkoang.
Pindang Tulang
Yang terakhir adalah pindang tulang,makanan khas Palembang favorit saya. Yang ini terbuat dari bahan tulang sapi yang masih terdapat daging sapid an sumsum. Tulang sapi itu kemudian direbus dengan bumbu-bumbu yang terdiri dari serai,cabai,lengkuas,kunyit,serta bawang merah dan putih. Kuahnya akan berwarna kekuningan dan seperti berminyak. Rasanya kaya akan pedas dimana banyak masyarakat Indonesia menyukai rasa pedas.
Budaya Palembang yang beragam dan memukau serta makanan khasnya memang patut kita jaga tetapi kitapun tidak boleh melupakan budaya lain yang mulai terancam keberadaannya. Kalaupun kita tidak ikut andil dalam melestarikan budaya yang berbeda,setidaknya hormatilah dan jangan menghina budaya itu karena perbedaan itulah yang membuat Indonesia unik dan menjadi satu kesatuan.
Dibawah Ini adalah foto hasil dokumentasi dan wawancara saya di TMII bersama teman-teman saya.